Proposal Penelitian Tindakan Kelas PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING DI KELAS IX SMPN 126 JAKARTA

Oleh : Dwi Anna Dyan Pangestuti
A. Judul Proposal Penelitian Tindakan Kelas
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING DI KELAS IX SMPN 126 JAKARTA
B. Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Bidang Kajian : Disain dan Strategi Pembelajaran di Kelas
C. Pendahuluan
Pendidikan sangat memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang maupun suatu bangsa. Kemajuan pembanguan di suatu negara, baik lahir maupun batin, dapat di capai melalui pendidikan yang terarah dan berkesinambungan, melalui pendidikan dapat menciptakan manusia yang cerdas, trampil, berwawasan luas, disiplin beriman, bertaqwa serta bertanggung jawab didalam kehidupan.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang benar maka harus dibuat suatu arah yang dibuat oleh pemerintah sebagai pengatur dan paling bertanggung jawab dalam pendidikan nasional yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya dijabarkan dalam metode-metode pengajaran, salah satunya adalah Metode Cooperative Learning.
Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia makin banyak dan maju dengan pesat. Akibatnya, pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan lagi dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan selalu mutakir, maka harus dikembangkan cara-cara belajar yang baru, misalnya bagaimna mencari, mengelola,memilih informasi yang demikian banyaksesuai dengan kebutuhannya. Hal ini merupakan bagian dari kecakapan kehidupan seseorang agar selalu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupanya.
Seorang guru tidak hanya berperan di kelas, tetapi harus mampu menciptakan suasana belajar yang dinamis, harmonis, menarik dan mampu mengembangkan komunikasi dua arah. Untuk menciptakan suasana kondusif yang dapat menimbulkan ketenangan dan rasa senang dalam diri siswa. Situasi ini dapat menjadikan proses belajar yang atraktif, menantang dan menggairahkan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka upaya guru agar siswa dalam menerima pelajaran menjadi efektif dapat menggunakan metode cooperative learning. Penggunaan metode cooperative learning sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, karena siswa dapat lebih berkonsentrasi dan berinteraksi kepada orang lain dan guru selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga motivasi dan konsentrasi belajarnya lebih terfokus dan terarah.
Untuk mencapai taraf yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seorang guru harus mampu selalu menciptakan suasana belajar yang kondusif, cara belajar yang menarik serta pengelolaan administrasi yang memadai , sesuai dengan standar kompetensi dan teknis edukatif proses belajar mengajar.
Dalam pelaksanaannya kemampuan guru yang komprehensif dapat memacu siswa untuk berkompetisi dan merangsang motivasi dan konsentrasi belajar siswa untuk mencapai kompetensinya yang optimal. Hal ini selain untuk melihat hubungan antara kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa, juga untuk mengetahui tingkat keprofesionalan guru sebagai tenaga edukatif yang handal dan kredibel.
Dalam penggunaannya, metode cooperative learning dapat memacu rasa keingintahuan siswa untuk mencari jawaban dan merangsang motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini selain untuk melihat keefektifan metode cooperative learning , juga untuk mengetahui pengaruh keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar yang perlu dicapai bukan hanya hasil belajar, tetapi juga proses belajar yang efektif. Dengan menguasai proses belajar yang efektif memungkinkan siswa dapat mempelajari materi pelajaran yang lebih mudah dan efisien. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh metode cooperative learning terhadap prestasi belajar siswa.
Kegiatan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila dalam perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan startegi pembelajaran yang efektif. Keefektifan strategi pembelajaran yang digunakan harus didukung oleh kemampuan guru dan kesiapan siswa sendiri sebagai subyek didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai penanggung jawab dalam bidang pendidikan secara rutin terlibat dalam proses belajar mengajar sangat besar sekali peranannya dalam menentukan keberhasilan belajar anak didiknya.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah cara penyampaian materi pelajaran seorang guru sangat besar pengaruhnya bagi berhasil tidaknya siswa untuk menyenangi pelajaran yang diajarkan. Berbagai macam metode mengajar telah tersedia sebagai sarana untuk menyampaikan meteri pelajaran. Dengan adanya metode-metode tersebut guru dapat memilih metode yang cocok dengan materi yang akan diajarkan. Sebab dengan memilih metode mengajar yang sesuai selain dapat menguasai kelas juga akan mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap suksesnya pelajaran yang diajarkan.
Pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam metode konvensional (ceramah, diskusi, dan latihan soal) juga sering digunakan, tetapi tidak semua materi dapat disajikan dengan menggunakan metode konvensional. Dalam metode konvensional penyajian materi disampaikan hanya dengan penuturan dan penjelasan lisan secara langsung, setelah contoh-contoh soal diberikan secara lisan, kemudian siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal latihan dan hasilnya dibahas bersama.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat diterapkan apabila peserta didik memiliki kemampuan memahami dasar-dasar pembelajaran kooperatif secara umum. Siswa dalam kelompok memiliki peran yang sma agar mampu memahami kosep-konsep dan aturan pengerjaan ilmu pengetahuan alam dengan cara yang benar.
Pada prinsipnya proses pembelajaran di SMP Negeri 126 Jakarta telah berlangsung dengan penerapan metode dan strategi pengajaran yang bervariatif, namun pencapaian prestasi belajar siswa belum optimal. Kontribusi para guru dalam proses pembelajaran juga telah cukup besar walaupun masih banyak kendala yang dihadapi. Hal tersebut bukan berarti tidak ada upaya perbaikan tatapi faktor-faktor diluar kegiatan belajar masih mempengaruhi hasil belajar.
Motivasi dan konsentrasi belajar siswa masih rendah dikarenakan banyaknya beban belajar dan kurangnya perhatian orang terhadap kegiatan belajar seimbang di rumah. Faktor lainya yang mempengaruhi antara lain adalah masih banyaknya siswa yang terlambat, adanya siswa yang sering tidak mengerjakan PR dan tugas sekolah sehingga menganggu proses belajar mengajar di sekolah.
Dengan kondisi yang demikian penulis tertarik untuk mencoba pendekatan lain dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran yang lebih bervariatif melalui strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), karena melalui PTK ini, penulis mengharapkan bahwa siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.

D. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
”Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta ?
2. Pemecahan Masalah
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Djahiri menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran berkelompok dituntut kerjasama dengan pendekatan yang siswa sentris, humanistik dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
Pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah antara 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara optimal.

E. Tujuan
Penelitian tindakan kelas merupakan wahana untuk melakukan perbaikan, peningkatan serta perubahan pembelajaran. Tujuan penelitan tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai salah satu solusi pembelajaran alternatif di sekolah.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) khususnya di kelas IX SMP Negeri 126 Jakarta guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa dalam pembelajaran di sekolah sebagai tindakan perbaikan.
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang lebih inovatif dan kreatif.

F. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Oleh karena itu penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Dapat menambah wawasan bagi guru mengenai masalah dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) di SMP Negeri 126 Jakarta.
2. Dapat menjadikan bahan masukan kepada pendidik dalam peningkatan hasil belajar siswa kearah yang lebih baik.
3. Memberikan bahan masukan bagi peserta didik agar mereka mampu meningkatkan hasil belajarnya yang lebih baik lagi.

G. Kajian Pustaka
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu sebagai hasil pengalaman, perubahan potensi perilaku, dan pengembangan pengetahuan serta ketrampilan atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama periode waktu tertentu.1
Belajar juga merupakan usaha sadar oleh seseorang yang berlangsung sepanjang hayat agar diperoleh kemampuan yang memadai dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dan hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan perilaku atau kemampuan pada diri seseorang dan ia merupakan hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut pendapat Kenneth D.Moore2, belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut penekanannya pada upaya individu secara sadar melakukan sesuatu, agar memperoleh suatu kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Kimble dalam Hergenhand dan Olson3 bahwa belajar merupakan perubahan potensi perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan yang diberi penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait dengan belajar, yaitu;
a. Perubahan tingkah laku
b. Perubahan itu relatif permanen
c. Potensi untuk bertindak
d. Hasil dari pengalaman
e. Reinforcement4

Pendapat lain yang relatif mendukung pendapat di atas adalah menurut Smaldino5, yang mengemukakan bahwa belajar adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya.
Sedangkan Curzon6 berpendapat bahwa belajar adalah perubahan(modifikasi) perilaku yang ditampakkan oleh seseorang melalui aktivitas dan pengalamannya, sehingga pengetahuan,keterampilan dan sikapnya termasuk cara penyesuaian terhadap lingkungannya berubah. Seperti juga yang diungkapkan oleh Gagne7, bahwa belajar adalah perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama periode waktu tertentu dan tidak sesederhana seperti digambarkan dalam proses pertumbuhan.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Gall dan Gall dalam Kindsvatter8 bahwa hasil belajar adalah tujuan program yang luas yang akan dicapai oleh para siswa. Mereka dituntut untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan pencapaian tujuan ini sebagai hasil pembelajaran di kelas.
Hasil belajar menurut Soedijarto9 adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan Briggs10 menambahkan bahwa hasil belajar adalah berbagai jenis kemampuan yang diperoleh dari belajar. Ada 5 jenis kemampuan hasil belajar, yaitu;
a. ketrampilan intelektual
b. informasi verbal
c. strategi kognitif
d. ketrampilan motorik
e. sikap
Sedangkan menurut Romiszowski dalam Anderson dan Krathwohl11, hasil belajar ditekankan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan berkenaan dengan informasi yang tersimpan didalam otak manusia setelah ia mengalami proses belajar. Sedangkan ketrampilan berkenaan dengan tindakan seseorang, baik tindakan intelektual maupun fisik dalam mencapai tujuan sebagai akibat proses belajar. Secara rinci pengetahuan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: fakta, prosedur, konsep, dan konsep. Sedangkan katrampilan juga dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: ketrampilan kognitif, motorik, reaktif dan interaktif.
Pendapat tersebut selaras dengan pandangan Benyamin Bloom 12 bahwa hasil belajar memiliki ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Teori Taksonomi Bloom, menurutnya hasil belajar mempunyai ranah yang berorientasi pada kemampuan untuk mengungkapkan makna dan arti dari bahan yang dipelajari siswa. Ranah tersebut meliputi;
a. Kognitif, yang termasuk ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif, yang termasuk ranah afektif meliputi aspek psikologis untuk menerima, menanggapi, menghargai dan membentuk pribadi.
c. Psikomotorik, yang termasuk ranah psikomotorik meliputi gerak dan tindakan.13
Dengan tambahan pendapat dari Anderson dan Krathwoth bahwa hasil belajar juga mencakup; pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan meta-kognitif.
Pengertian Mata Pelajaran IPA/Sains
Ilmu pengetahuan alam atau sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari tentang fenomena atau gejala alam. Bannet juga mengemukakan bahwa Sains atau IPA adalah sistem pengetahuan terurut dan menuntut penyusunan kurikulum terstruktur secara baik. Sains juga didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam ini dapat dipahami, dipelajari dan dijelaskan tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas, tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen dan analisis rasional. Disamping itu juga diperlukan sikap obyektif dan jujur dalam mengumpulkan serta menganalisis data. Atas dasar itu Muhammad Soerjani14 menyimpulkan bahwa Sains atau IPA secara garis besar dapat didefinisikan atas tiga komponen, yaitu; (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah dan (3) produk ilmiah.
Nash dalam bukunya The Nature of Nature Science mengatakan bahwa: “ Science is a way of looking at the world” Ilmu Pengetahuan Alam diipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Cara memandang Ilmu Pengetahuan Alam bersifat analitis, ia melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkannya dengan obyek lain sehingga keseluruhannya membentuk perspektif baru tentang obyek yang diamati tersebut. Lebih lanjut Nash menandaskan: “The whole science in nothing more than a refinement of everyday thinking”. Metode berpikir atau pola berpikir, yang tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari, berpikirnya harus menjalani “refinement” sehingga cermat dan lengkap. 15
Pendapat Nash tentang Ilmu Pengetahuan Alam ini diperkuat oleh pendapat Einstein (Nash, 1963) dimana Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pola pikir logis dan seragam “ A logically uniform system of thought” ini adalah metode ilmiah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta dan segala isinya untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta dan sikap ilmiah.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretancoretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.


1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota.
e. Evaluasi proses kelompok
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.


3. Teknik Pembelajaran Kooperatif
Teknik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Mencari Pasangan
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.
- Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
b. Bertukar Pasangan
- Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.
- Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
- Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.
- Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban.
- Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
c. Kepala Bernomor
- Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
- Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan
setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
- Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
d. Keliling Kelompok
- Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang dikerjakan.
- Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
- Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan.
e. Kancing Gemerincing
- Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing.
- Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing.
- Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya.
- Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai kancing semua rekannya habis.
f. Dua Tinggal Dua Tamu
- Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat.
- Setelah selesai, dua orang dari setiap kelompok meninggalkan kelompoknya dan
bertamu ke kelompok yang lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya kemudian melaporkan hasil
temuannya.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Djahiri menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran berkelompok dituntut kerjasama dengan pendekatan yang siswa sentris, humanistik dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.16
Pendapat lain yang dinyatakan oleh Slavin bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah antara 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.17 Definisi lain menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajarn yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara optimal.
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang diterapkan dalam proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar. Gagne berpendapat bahwa strategi merupakan serangkaian rencana untuk membantu siswa dalam usaha belajarnya pada setiap tujuan belajar yang dapat berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi sebagai media pembelajaran atau dengan kata lain sebagai metode(algoritma) untuk memanipulasi unsur-unsur obyek pengetahuan.18
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran. Kejadian dan aktivitas yang dimaksud meliputi; penyajian materi, pemberian contoh, pemberian latihan serta pemberian umpan balik.
Strategi pembelajaran juga digunakan untuk memasukkan berbagai aspek dalam mengurutkan dan mengorganisir informasi serta mengambil keputusan tentang bagaimana cara menyajikannya. Adapun caranya meliputi; penyusunan materi pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Strategi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari metode yang digunakan. Metode pembelajaran adalah susunan teknik pembelajaran yang sistematis, yang diarahkan untuk mencapai hasil belajar berupa diskrit, reflektif, dan inquri.
UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 1 ayat 20 yang mengisyaratkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk keterampilan,sikap dan perilaku sehari-hari, sehingga siswa akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya, kegiatan belajar mengajar inilah yang disebut sebagai pembelajaran.
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme, yaitu strategi pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Penekananya pada pengembangan unsur-unsur interaksi sosial serta peningkatan keterampilan khususnya dalam motivasi kerja berkelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team Achievment Division(STAD), 2) Jigsaw, 3) Group Invenstigation(GI), Rotating Trio Excahange, dan 5) Group Resume. Dari beberapa model pembelajaran tersebut model yang banyak dikembangkan adalah model STAD dan Jigsaw.
Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran kooperatif dengan tujuan untuk melatih dan mencoba pembelajarn kelompok khususnya untuk siswa kelas IX yang masih memiliki interaksi sosial perkawanan yang masih sangat kuat.
H. Rencana dan Prosedur Penelitian
Pengembangan inovasi pembelajaran di kelas IX SMP Negeri 126 ini akan dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan metode cooperative learning di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta akan dilakukan selama 3 bulan dengan 3 kali tindakan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan alur : refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan ulang, sesuai dengan model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis.
Pada tahap perencanaan pengembang melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Membuat skenario pembelajaran/RPP
b. Mempersiapkan sarana yang mendukung terlaksananya kegiatan pengembangan inovasi pembelajaran
c. Mempersiapkan instrumen pengembangan untuk proses kegiatan dan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa yang berupa tes hasil pembelajaran.
d. Melakukan sosialisasi pada anggota pengembang/kolaborator dan simulasi pelaksanaan dan menguji keterlaksanaan di lapangan.
Tahap pelaksanaan pengembangan inovasi pembelajaran gambaran kegiatan yang akan dilakukan senagai berikut:
a. Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pada pelaksanaan kegiatan pengembangan dilakukan juga observasi oleh observer/kolaborator dan interpretasi. Kegiatan observasi dan interpretasi merupakan upaya merekam proses yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini akan diteruskan dengan diskusi sebagai umpan balik/reinforcement.
b. Analisis dan Refleksi
Analisis data dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan tindakan selesai. Analisis data ini dilakukan melalui tahapan; a) redukasi data, b) paparan data dan c) penyimpulan
c. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan pengembangan inovasi pembelajaran selesai. Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji apa yang telah diperoleh dan yang masih belum tercapai sesuai target yang telah ditentukan, karena hasil refleksi ini akan dijadikan acuan untuk kegiatan siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

2. Disain Pengembangan
Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart dan model yang ditawarkan oleh Ebbut.19 Sistem model penelitian kelas tersebut berbentuk siklus (cycle) dan pelaksanaan siklus ini tidak hanya berlangsung dalam satu kali tindakan tetapi berlangsung hingga pada siklus ketiga dengan indikasi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Bentuk tindakan dirancang sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) dan dibatasi sampai pada tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat langkah utama yaitu: 1) merencanakan, 2) melakukan tindakan, 3) mengamati/observasi, dan refleksi.18 Dalam setiap siklus dirancang dengan menerapkan pendekatan kontekstual sebagai salah satu pendekatan yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari proses dan hasil belajar siswa.
Selama kegiatan penelitian berlangsung, penulis berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer. Untuk lebih lanjut pola tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:


Model Spiral ( Gambar 1 PTK Kemmis dan Taggart)
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, maka kegiatan di awali dengan mengadakan observasi pelaksanaan proses pembelajaran, menganalisa keadaan situasi belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru.
Prosedur dan tahapan intervensi tindakan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan program kegiatan dan evaluasi.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 126 Jakarta pada siswa kelas IX dengan alasan peneliti mengajar di tempat tersebut, sehingga akan berusaha memperbaiki pembelajaran di kelas. Adapun waktu penelitiannya selama 3 bulan mulai bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2009.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta yang berjumlah 40 orang siswa. Sedangkan objek dari pengembangan inovasi pembelajaran ini adalah penerapan metode cooperative learning dengan fokus peningkatan hasil belajar IPA.
5. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama, maka pada pra-penelitian, peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran IPA di kelasnya, kemudian membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan di kelas tempat mengajar.
Adapun posisi peneliti dalam PTK ini adalah sebagai posisi utama. Peneliti melakukan langsung apa yang akan ditingkatkan di kelas tersebut. Peneliti merasakan dan melakukan refleksi dari pembelajaran yang dilakukan sehingga berdasarkan itulah peneliti melakukan penelitian. Selain itu juga peneliti berperan sebagai pembuat laporan dari apa yang dilaksanakan dan observasi yang dibantu teman sejawat dan Kepala Sekolah.
6. Tahap Intervensi Tindakan
Secara teoritik pengembangan dan penerapan pembelajaran kooperatif sesuai dengan disain penelitian dan menggunakan model penelitian tindakan kelas menurut FX. Soedarsono.20 Tahap awal peneliti melakukan penjajagan assesment untuk menentukan masalah yang sesungguhnya yang dirasakan terhadap apa yang telah dilaksanakan selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan mengidentifikasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran (memfokuskan masalah) kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk penelitian tindakan.
Tahap kedua disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan perbaikan, peningkatan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari diskusi pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal atau memuaskan. Tahap ketiga dilakukan implementasi rencana atau skenario tindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator atau partisipan melaksanakan kegiatan sebagaimana yang tertulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera setelah kegiatan dimulai (on going process monitoring). Catatan semua kajadian dan perubahan yang terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.
Tahap keempat, berdasarkan hasil monitoring dilakukan evaluasi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan refleksi apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan, maka dilakukan revisi atau modifikasi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki tindakan pada siklus sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diasumsikan akan diperoleh hasil: meningkatkan mutu pembelajaran dan diperoleh model tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Rancangan tindakan setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut :

Siklus I
1. Rancangan
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran IPA oleh guru kelas, kemudian ditemukan permasalahan yang muncul selama pembelajaran tersebut berlangsung. Temuan ini dikonsultasikan kepada teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi tersebut dirancang dan dilaksanakan tindakan perbaikan berupa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan kemagnetan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dengan memanfaatkan kesiapan peneliti dalam memahami tujuan pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus pertama peneliti akan melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan memberikan gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti tanpa mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan pembelajaran pembelajaran kooperatif(cooperative learning). Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya melalui metode yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Sebagai dampak pengiring dalam pelaksanaan pembelajaran ini, siswa diharapkan memiliki rasa percaya diri terhadap penyelesaian tugas mandiri dan kelompok.
3. Monitoring/ Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan peneliti memperoleh informasi mengenai adanya kesesuaian antara pembelajaran dengan pelaksanaannya, mengukur kemampuan siswa dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan temuan-temuan yang didapat dari hasil monitoring. Peneliti akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam merancang kegiatan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Rancangan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I, kemudian permasalahan yang muncul selama pembelajaran pada siklus I tersebut berlangsung. Temuan ini dikonsultasikan kepada teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi tersebut dirancang dan dilaksanakan tindakan perbaikan berupa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan kemagnetan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dengan upaya perbaikan dari hasil siklus I. Pada pelaksanaan siklus II peneliti akan melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan memberikan gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti tanpa mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan pembelajaran pembelajaran kooperatif(cooperative learning). Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya melalui metode yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri
3. Monitoring/ Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Dari pengamatan tersebut diharapkan peneliti memperoleh informasi mengenai adanya upaya perbaikan serta mengukur kemampuan siswa dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan temuan-temuan yang didapat dari hasil monitoring dan wawancara. Peneliti akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus kedua. Hasil diskusi dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan
7. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari tahapan intervensi tindakan kelas meliputi:
1. Hasil Belajar IPA
Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang ambil dari hasil tes yang meliputi pencapaian penguasaan konsep tentang kemagnetan melalui metode pembelajaran kooperatif(cooperative learning).
Keberhasilan pencapaian tindakan intervensi kelas bila pencapaian standar ketuntasan kompetensi minimal (KKM) mencapai nilai minimal 7.1.
2. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Berdasarkan hasil observasi dan angket yang menyangkat proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif(cooperative learning) diharapkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk aktif dan mau mengikuti dengan antusias melalui pembelajaran dengan pedoman LKS.
Tingkat keberhasilan penerapan metode pembelajaran kooperatif(cooperative learning) tercapai apabila aktivitas guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dalam setiap siklusnya yang dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuannya.
8. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan
1. Instrumen Hasil Belajar IPA
Instrumen untuk memperoleh data hasil belajar menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 25 soal.
2. Instrumen Pembelajaran Cooperative Learning
Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan tindakan dalam penelitian tindakan kelas pada proses pembelajaran IPA, maka peneliti akan menerapkan pendekatan pembelajaran pembelajaran kooperatif (cooperative learning) pada pokok bahasan kemagnetan melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) guna meningkatkan hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan antara lain: 1) Format observasi, 2) LKS, 3) lembar soal/tes, 4) angket, 5) catatan lapangan, 6) pedoman wawancara. Format observasi digunakan untuk mengamati perilaku/ gaya mengajar guru, perilaku siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa secara berkelompok diberikan LKS. Sesuai dengan petunjuk pada LKS, siswa dapat menyelesaikan permasalahan melalui diskusi kelompok. Setiap akhir pembelajaran siswa diberikan lembar soal yang berisi tentang hal-hal yang telah dipelajari guna melatih kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk menyelesaikannya dapat dilakukan secara individu atau kelompok kecil. Untuk memperoleh data yang real diberikan angket yakni daftar pernyataan yang disusun untuk mengumpulkan informasi tertentu dan diisi oleh responden atau sumber informasi yang diinginkan. Catatan lapangan yang dimaksud untuk mencata segala aktivitas guru dan siswa dimulai dari guru masuk kelas sampai pada akhir pembelajaran. Hal ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran. Peristiwa yang terjadi pada proses kegiatan pembelajaran berlangsung digunakan untuk merevisi tindakan selanjutnya. Di samping itu untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa atau untuk melukiskan suatu proses, seperti pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diketahui komentar siswa tentang penggunaan cara belajar yang dialaminya.
Untuk mengetahui respon siswa, guru dan kepala sekolah, pada penelitian ini diperlukan wawancara, terutama siswa sebagai subjek penelitian. Dalam pembelajaran di sekolah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai umpan balik (feedback) dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA.
Tabel 2. Kisi-kisi Pembelajaran Kooperatif
Keaktifan Guru dan Siswa
No Indikator Persentase (%) Sumber
Ya Tidak Data
1 Guru sebagai fasilitator dan mediator
2 Membentuk kelompok siswa secara heterogen
3 Guru sebagai motivator
4 Guru sebagai evaluator
5 Memberikan reward dan punishment
6 Setiap anggota memiliki peran
7 Terjadi interaksi langsung dalam proses pembelajaran
8 Saling membantu antar siswa
9 Menghargai pendapat teman
10 Setiap anggota memberikan sumbangan nilai kapada kelompoknya

9. Data dan Sumber Data
1. Data
Data hasil penelitian meliputi:
a. Hasil belajar IPA berupa skor hasil tes.
b. Pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berupa hasil observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun siswa.
2. Sumber Data
a. Hasil belajar IPA yang diperoleh dari instrument/tes hasil belajar siswa.
c. Pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang diperoleh dari observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun siswa.
10. Pengumpulan Data
Dengan pertimbangan bahwa masing-masing instrumen mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka akan dikumpulkan informasi yang berbeda tetapi saling mendukung untuk dapat memberikan pandangan mengenai kegiatan atau hubungan antar informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Instrumen yang digunakan yaitu: tes, lember kerja siswa(LKS), angket, wawancara dan catatan lapangan.
Pengumpulan data malalui lembar observasi diisi oleh guru dan rekan sejawat yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan melakukan secara langsung dalam menjawab pertanyaan yang tersedia pada lembar observasi. Catatan lapangan dibuat sebagai refleksi untuk menerangkan hal-hal yang terjadi dan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan LKS yang terdiri dari soal-soal faktual. Hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan menggunakan LKS tersebut diperoleh dari hasil diskusi siswa dan jawaban-jawaban siswa dalam menyelesaikan persoalan faktual. Angket yang diberikan terdiri dari 15 pernyataan. Data hasil rekaman pembelajaran disajikan dalam bentuk photo. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada penyajian photo lampiran.
11. Analisis Data Dan Interpretasi Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari setiap instrument akan dikumpulkan kemudian dianalisis. Kegiatan analisis data ini berupa display data dan klasifikasi data, kemudian melakukan refleksi yang disertai perbaikan tindakan. Langkah-langkah tersebut dijadikan pedoman pengolahan dan analisis data. Kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan sesuai dengan perkembangan keadaan data yang diperoleh.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis dan dibuat laporan sejak dimulainya penelitian. Oleh karena data yang diperoleh semakin lama semakin banyak sehingga perlu dilakukan reduksi data. Kegiatan ini meliputi kegiatan pemilihan hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, sehingga diperoleh data untuk memberikan informasi dalam pengolahan data selanjutnya.
Display data adalah cara penyajian data dalam bentuk tabel ataupun bentuk data naratif. Display data yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengkalisifikasikan data yang telah direduksi, membantu mempermudah pengolahan data dan pengambilan keputusan.
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi untuk merancang tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi dan evaluasi berkenaan dengan respon siswa, kesulitan dan kontribusi dalam menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan kemagnetan dalam melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi untuk merancang tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi dan evaluasi berkenaan dengan respon siswa, kesulitan dan kontribusi dalam menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan kemagnetan melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

I. Jadwal Penelitian

NO. Rencana Kegiatan Waktu ( minggu ke )
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan X
Menyepakati jadwal danTugas. X
Menyusun instrumen X
Diskusi konsep pelaksanaan. X
2. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat. X
Melakukan tindakan siklus I X X
Melakukan tindakan siklus II X X
3. Penyusunan Laporan
Menyusun konsep Laporan. X X
Seminar hasil penelitian X
Perbaikan laporan X
Penggandaan laporan dan pengiriman hasil. X

posted under |

1 komentar:

Anonim mengatakan...

footnotenya donk mbak dwi anna

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers


Recent Comments