TINJAUAN ILMIAH KEBIASAAN SISWA MENUNDA TUGAS (PROKRASTINASI) DI SMP NEGERI 126 JAKARTA

Disusun oleh :
DWI ANNA DYAN PANGESTUTI

ABSTRAK
Dwi Anna Dyan Pangestuti, Kebiasaan Menunda Tugas(Prokratinasi) Di SMP Negeri 126 Jakarta, Tinjauan Ilmiah, 2009.

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya

Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akdemik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Seseorang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya

Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.


Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencanarencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. b Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang terusmenerus melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelii dapat menyelesaikan tinjaun ilmiah yang berjudul ”Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial IPA Di SMP Negeri 126 Jakarta”
Tinjauan ilmiah ini menjadi salah satu syarat pengembangan profesi dan produk karya tulis ilmiah yang disarankan oleh Lembaga Penelitian UNJ dengan bimbingan terstruktur dan konstruktif dari dosen pembimbing. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Mulyana M.Pd, selaku ketua lembaga penelitian Universitas Negeri Jakarta.
2. Dr. Dwi Deswary, M.Pd, selaku Dosen pembimbing.
3. Drs. Kuslani, selaku Kepala SMP Negeri 126 Jakarta
4. Suyud, MM.Pd, selaku Kolaborator Dalam Penelitian di SMP Negeri 126 Jakarta
5. Rekan-rekan peserta PTK MGMP IPA Kodya Jakarta Timur dan seluruh teman sejawat di SMP Negeri 126 Jakarta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, atas bimbingan, bantuan dan kerjasamanya yang memudahkan peneliti menyelesaikan penelitian ini.
Penulis sangat menyadari bahwa tinjauan ilmiah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan perbaikan untuk kesempurnaan tinjauan ilmiah ini.
Penulis berdoa Semoga Allah Meridhoi Langkah-langkah penulis dan senantiasa memberikan Ampunan, Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita serta berkenan membalas budi baik yang telah diberikan.
Akhirnya penulisi berharap kegiatan ini memberikan perubahan dalam pendidikan, khususnya pada diri Penulis sebagai guru menuju peningkatan profesionalisme dan untuk rekan-rekan sesama guru semoga penelitian ini dapat memberi masukan dan bermanfaat sehingga dapat meningkatkan profesionalitas dan kinerja kita.
Jakarta, Juni 2009
Penulis
Dwi Anna Dyan Pangestuti


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu, sesuai batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi, sehingga prokrastinasi dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu, dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu kerja ketika menghadapi suatu tugas. Prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai segi, karena prokrastinasi ini melibatkan berbagai unsur masalah yang komplek, yang saling terkait satu dengan lainnya.
Prokrastinasi bisa dikatakan sebagai hanya suatu penundaan atau kecenderungan menunda-nunda memulai suatu kerja. Namun prokrastinasi juga bisa dikatakan penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan yang tidak senang terhadap tugas dan ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas. Prokrastinasi juga bisa sebagai suatu trait atau kebiasaan seseorang terhadap respon dalam mengerjakan tugas. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.
B. Deskripsi Masalah
Adapun permasalahan dalam makalah ini yang akan dibahas pada Bab berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa ?
2. Apa yang melandasi kebiasaan Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa?
3. Yang manakah yang termasuk Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa?
4. Teori Perkembangan Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa ?
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa?
6. Bagaimana cara mengatasi Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa?
7. Bagaimana mengevaluasi hasil prokratinasi pada siswa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui kebiasaan menunda tugas Bagaimana cara mengatasi Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa di SMP Negeri 126 Jakarta.

D. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai Bagaimana cara mengatasi Menunda Tugas (prokrastinasi) pada siswa.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


1. Pengertian Menunda Tugas (Prokrastinasi) .
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Menurut Glenn prokrastinasi berhubungan dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri, seorang prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab stress, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya, selain itu prokrastinasi menurut Lopez , juga mempunyai pengaruh yang paradoksal terhadap bimbingan dan konseling.
Menurut Watson , anteseden prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan. Menurut Silver Seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi mereka hanya menunda-nunda untuk mengerjakannya, sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut menyebabkan dia gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Ferrari dan kawan-kawan , menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, yaitu: (1) prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, yaitu bahwa setiap perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan, (2) prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional, (3) prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung.
Pada akhirnya dalam kajian ini, pengertian prokrastinasi dibatasi sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas, dengan jenis disfungsional procrastination, yaitu penundaan yang dilakukan pada tugas yang penting, penundaan tersebut tidak bertujuan, dan bisa menimbulkan akibat yang negatif baik yang kategori decisional procrastination atau avoidance procrastination.

2. Jenis-jenis tugas pada Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal, sedangkan jenis-jenis tugas yang sering ditunda oleh prokratinator, yaitu pada tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor dan lainnya. Prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas di atas.
Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akdemik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya
3. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik
Ferrari , mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa: a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Seseorang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencanarencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
4. Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik
a. Psikodinamik
Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa,terutama trauma. Seseorang yang mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika seseorang dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami seperti masa lalu,sehingga menunda mengerjakan tugas sekolah, yang dipersepsikannya akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu .
b. Behavioristik
Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan punishment atas perilaku tersebut. Seorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas sekolah dengan melakukan penundaan, cenderung akan mengulangi lagi perbuatannya. Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku sama dimasa yang akan datang .
Adanya obyek lain yang memberikan reward lebih menyenangkan daripada obyek yang diprokrastinasi, menurut McCown dan Johnson dapat memunculkan perilaku prokrastinasi akademik. Seseorang yang memandang bermain video game lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas sekolah, mengakibatkan tugas sekolah lebih sering diprokrastinasi daripada bermain video game. Disamping reward yang diperoleh, prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama daripada tugas yang tidak ditunda oleh karena punishment yang akan dihadapi kurang begitu kuat untuk menghentikan perilaku prokrastinasi, misalnya ketika seseorang disuruh memilih untuk menunda belajar ujian semester atau menunda untuk mengerjakan pekerjaan rumah mingguan, maka kencederungan untuk menunda belajar untuk ujian semester lebih besar daripada menunda mengerjakan pekerjaan rumah minggguan, karena resiko nyata yang dihadapi lebih pendek mengerjakan pekerjaan rumah daripada belajar untuk ujian.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu, yaitu: 1) Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak Tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional yang dimiliki seseorang 2) Kondisi psikologis individu. Menurut Millgram , dkk. Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif, makin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk prokrastinasi akademik . Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspekaspek lain pada diri individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi, antara lain; rendahnya kontrol diri
b Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient. 1) Gaya pengasuhan orangtua. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete , menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procratination pula 2) Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan . Tingkat atau level sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang .
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar diri individu. Faktor tersebut dapat menjadi munculnya perilaku prokrastinasi maupun menjadi faktor kondusif yang akan menjadi katalisator perilaku prokrastinasi akademik semakin meningkat dengan adanya pengaruh faktor tersebut

BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Dari uraian dan kajian literatur tersebut di atas dapat diidentifikasi bahwa ada empat faktor yang menjadi penyebab Menunda Tugas (Prokrastinasi) yaitu:
(1) Faktor individual atau pribadi dari prokrastinator,
(2) faktor lingkungan atau pengaruh kelompok,
(3) faktor sistem evaluasi dan
(4) faktor guru.
Berkenaan dengan asas moral di atas, dapat ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan moral adalah bagaimana menciptakan faktor kondisional yang dapat mengundang dan memfasilitasi seseorang untuk selalu berbuat secara moral dalam ujian (tidak menunda tugas ) maka caranya adalah mengkondisikan keempat faktor di atas ke arah yang mendukung, yaitu sebagai berikut:
(1) Faktor pribadi
a) Bangkitkan rasa percaya diri
b) Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
c) Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
d) Tumbuhkan kesadaran hati nurani (Das Uber Ich) yang mampu mengontrol naluri beserta desakan logis rasionalitas jangka pendek yang bermuara kepada perilakunya.
(2) Faktor Lingkungan dan Kelompok
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.
(3) Faktor Sistem Evaluasi
a) Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
b) Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
c) Lakukan pengawasan yang ketat
d) Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.
(4) Faktor Guru
a) Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
b) Bersikap rasional dalam memberikan tugas ujian/tes.
c) Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
d) Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Prokrastinasi
1. Kontrol Diri.
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, menutup perasaannya. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976), Mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Lazarus, 1976) Synder dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara peribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif. Menurut Mahoney dan Thoresen, (dalam Roberts, 1975) kontrol diri merupakan jalinan yang secara utuh (integrative) yang dilakukan individu terhadap lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku, pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku.
2. Perkembangan Kontrol Diri
Vasta dkk (1992) mengungkapkan bahwa perilaku anak pertama kali dikendalikan oleh kekuatan eksternal. Secara perlahan-lahan kontrol eksternal tersebut diinternalisasikan menjadi kontrol internal. Salah satu menginternalisasikan kontrol dengan melalui kondisioning klasikal. Menurut Calhoun dan Acocella (1990) langkah penting dalam perkembangan bayi adalah proses belajar melalui kondisioning klasikal. Orang tua mempunyai 35 nilai yang tinggi karena bayi secara instingtif mengasosiasikan orang tuanya sebagai stimulus yang menyenangkan seperti makanan, kehangatan dan pengasuhan.
Menurut Kopp (dalam Berndt, 1992) bayi mempunyai kontrol terhadap perilakunya yang bersifat refleks, segera setelah dilahirkan, misalnya bayi secara refleks memejamkan mata sebagai respon terhadap cahaya yang terang. Pada akhir tahun pertama bayi mengalami kemajuan dalam hal kontrol diri. Bayi mulai memenuhi perintah dari orang tuanya untuk menghentikan perilakunya. Perilaku bayi yang mulai mematuhi perintah merupakan suatu langkah maju dalam perkembangan kontrol diri. Bayi memodifikasi perilakunya sebagai respon terhadap perintah. Antara usia 18- 24 bulan muncul true self control pada anak. Pada usia 24 bulan anak akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya (Berndt, 1992). Kontrol diri akan muncul pada tahun ketiga ketika anak sudah mulai menolak segala sesuatu yang dilakukan untuknya dan menyatakan keinginannya untuk melakukan sendiri (Vasta, dkk., 1992). Kontrol eksternal pada awalnya didapatkan anak melalui instruksi verbal dari orang tuanya.
Beradasarkan teori Piaget, remaja telah mencapai tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif (Hurlock, 1973) oleh karenanya remaja mampu mempertimbangkan suatu kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya. Ketika seorang individu mulai memasuki masa dewasa akan mampu menjadi individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat (Hurlock, 1973).
3. Jenis dan Aspek Kontrol Diri
Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (Cognitive control) dan mengontrol keputusan (decesional control).
a) Behavioral
Merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal, kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir dan membatasi intensitasnya.
b. Cognitive control
Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif.
c. Decisional Control
Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Menurut Block dan Block (dalam Lazarus, 1976) ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan appropriate control. Over control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan implus secara tepat.
Dari uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kemampuan mengontrol perilaku
b. Kemampuan mengontrol stimulus
c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian
e. Kemampuan mengambil keputusan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kontrol Diri
Sebagaimana faktor psikologis lainnya kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang memepengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu).
a. Faktor internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu ( Newman dalam Verawati, 2001).
b. Faktor eksternal.
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga (Hurlock, 1973). Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah (2000) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Demikian ini maka, bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya sikap disiplin secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudia akan menjadi kontrol diri baginya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar diri individu. Faktor tersebut dapat menjadi munculnya perilaku prokrastinasi maupun menjadi faktor kondusif yang akan menjadi katalisator sehingga perilaku prokrastinasi akademik seseorang semakin meningkat dengan adanya pengaruh faktor tersebut. Prokrastinasi adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, prokrastinasi lebih sarat dengan muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis. Dalam batas-batas tertentu prokrastinasi dapat dipahami sebagai sesuatu fenomena yang manusiawi, Meskipun demikian tak dapat disangkal bahwa prokrastinasi bisa membawa dampak negatif baik kepada individu, maupun bagi masyarakat. Dampak negatif bagi individu akan terjadi apabila praktek prokrastinasi dilakukan secara kontinyu sehingga menjurus menjadi bagian kepribadian seseorang. Mencegah prokrastinasi tidaklah cukup dengan sekedar mengintervensi aspek kognitif seseorang, akan tetapi yang paling penting adalah penciptaan kondisi positif pada setiap faktor yang menjadi sumber terjadinya cheating, yaitu pada faktor siswa, pada lingkungan, pada sistem evaluasi dan pada diri guru. Oleh karena setiap orang berpotensi untuk melakukan prokrastinasi dan terdapatnya gejala kecenderungan semakin maraknya praktek prokrastinasi di dunia pendidikan, maka perlu segera dilakukan review secara individual oleh setiap guru.
B. Saran
Untuk menangkal semakin maraknya prokrastinasi di sekolah dan berkembangnya prokrastinasi menjadi penyakit masyarakat maka disarankan hal-hal sebagai berikut;
1. Agar orang tua siswa, masyarakat, dan segenap warga institusi pendidikan menyadari masalah prokrastinasi sebagai masalah yang serius. Mereka harus menyikapi issu ini sebagai sesuatu yang mendasar sehingga dapat bekerja sama untuk menciptakan suatu suasana kondusif di sekolah di mana kematangan mental para siswa dapat lebih ditingkatkan dan komitmen akademik dapat dipacu dan pada saat yang sama perbuatan ketidakjujuran di sekolah dapat dikurangi.
2. Secara khusus kepada siswa harus ditanamkan dalam penalaran dan penghayatannya bahwa prokrastinasi dengan pelbagai bentuknya adalah masalah moral. Melakukan prokrastinasi adalah pembangkangan terhadap nilai-nilai moral yang memalukan.
3. Agar prokrastinasi dapat menarik perhatian dan menggugah kepedulian masyarakat luas dan tidak hanya menjadi wacana yang terbatas pada kalangan pendidik, diperlukan suatu studi yang lebih serius dan menyeluruh yang dapat mengungkapkan secara lebih jelas dampak-dampak dari prokrastinasi baik kepada individu pelaku maupun kepada kehidupan sosial kemasyarakatan secara keseluruhan.

posted under |

26 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisannya sangat membantu saya banget..
tapi boleh dilengkapi dengan daftar pustaka/referensi ga ya????
makasi:)

Anonim mengatakan...

saya mau tanya ini termasuk dalam metode kualitatif atau kuantitatif ya?
terima kasih

Anonim mengatakan...

minta daftar pustaka sama referensi buku prokrastinasi dong. kirim ke email saya angga.abasaput@yahoo.co.id.
tks

iin mengatakan...

hai salam kenal.. ^_^
bole minta referensi buku tentang prokrastinasi gk.. saya kesulitan mencari bukunya. thx b4.
indahnya_aq@yahoo.com

Anonim mengatakan...

hy boleh minta referensi buku prokrastinasi gak?
dina_naku@yahoo.com

Anonim mengatakan...

boleh minta referensi buku yang diambil dalam penulisan di atas? kalo boleh, mohon d email ke b_cak17@yahoo.com

terima kasih banyak.

Anonim mengatakan...

Salam kenal, saya hamrin karim seorang guru BK di SMAN 6 Samarinda, Kaltim. Tulisan anda sangat menarik dan sangat memotivasi saya untuk segera menulis. dengan ini saya minta diinformasikan referensi buku ttg tulisan diatas.
besar harapan saya info tsb dapat dikirimkan ke email saya hamrinkarim83@gmail.com

yusna mengatakan...

assalalmualaikum.... saya yusna mahasiswa Untad sulteng.... boleh minta referensi buku tentang procrastinasix... ???? :) alx z kesulitan mencari bukunya dsni buat peneitiannya... mohon bantuannya yh,,, kirim ke email z,,, yusna.saleh@yahoo.co.id

Unknown mengatakan...

hello....
boleh saya minta daftar referensi buku tulisan/ daftar pustaka nya. tolong send ke email saya ya ipaterpadu_biologi@yahoo.com

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Mbak, Salam Kenal
Boleh saya minta referensi bukunya?? Saya sedang meneliti tentang Prokratinasi Akademik tapi susah sekali mencari bukunya. Tolong dikirim kan ke farihthannaannisa@Gmail.com
Terima Kasih

Unknown mengatakan...

mohon informasi referensi buku.izin share..tolong kirimkan di yanizunior71@gmail.com.

Unknown mengatakan...

hello....
boleh saya minta daftar referensi buku tulisan/ daftar pustaka nya. tolong send ke email saya ya ipaterpadu_biologi@yahoo.com

Unknown mengatakan...

saya firmansyah boleh mnta referensi bukunya krm k syahfirman639@gmail.com

Anonim mengatakan...

haii...salam kenal.
boleh minta daftar referensi bukunya gak??. kalau berkenan, kirim ke email saya ya, ona_lies@yahoo.com. terima kasih .

Masakan mengatakan...

halo.. boleh sy minta daftar pustakanya ?
sy sedang melakukan penelitian. mohon bantuannya.
bisa minta tolong kirim ke email rositakusumaw@gmail.com

Anonim mengatakan...

maaf, apa saya boleh tau daftarpustakanya tentang prokrastinasi itu? jika boleh tolong kirim ke email saya ariestyakhansaw@gmail.com
terimakasih sebelumnya

Unknown mengatakan...

haloo kakak salam kenal saya nova dari fakultas psikologi juga, artikel kakak sangat menarik dan sangat jelas dengan adanya fenomena disekitar pula. bolehkah saya minta referensi buku apa saja yang kakak gunakan.
bisa kakak kirim di email saya kak Novainggaring@gmail.com

saya harap kakak mau berbagi dengan saya. terimakasih

Anonim mengatakan...

hello....
boleh saya minta daftar referensi buku tulisan/ daftar pustaka nya. tolong send ke email saya ya raniamrtz@gmail.com

Anonim mengatakan...

Boleh saya minta referensi prokrastinasinya?tolong kirim ke email saya ya,terimakasih banyak nurulnst07@gmail.com

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum, selamat pagi. saya laila. apa boleh saya minta referensi buku tentang prokrastinasi? jika berkenan, tolong bantu saya untuk menuliskan nama referensi buku tersebut sebagai bahan pendukung tugas saya. Tolong kirim ke Lailatulmuniroh83@gmail.com terima kasih sebelumnya, di tunggu responnya ya

Unknown mengatakan...

Salaammm...
sangat bermanfaat... terima kasih

Unknown mengatakan...

sangat bermanfaat

NURJANAH mengatakan...

ijin copy ya

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum wr.wb
salam kenal mba DWI ANNA DYAN PANGESTUTI
boleh saya minta daftar referensi buku tulisan/ daftar pustaka nya. (ijin copy) tolong send ke email saya saifudin541@gmail.com

Unknown mengatakan...

Hallo salam kenal saya edu.... Tulisanya sangat menarik dan bermanfaat
Apa boleh minta referensi bukunya..
Tolong kirim ke email saya edumiki12@gmail.com trimakasih...

Unknown mengatakan...

Hallo salam kenal saya edu.... Tulisanya sangat menarik dan bermanfaat
Apa boleh minta referensi bukunya..
Tolong kirim ke email saya edumiki12@gmail.com trimakasih...

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers


Recent Comments